Kamis, 18 September 2014

INFUSA DAN DECOCTA

Decocta dan infusa dapat diartikan sebagai sari-sari dalam air yang dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90 0C sampai 98 0C. Perbedaannya yaitu pada decocta lamanya penyarian setengah jam, sedangkan  pada infusa selama 15 menit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam infusa decocta, yaitu :
1. Derajat halus dari bahan-bahan bakal
Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya; pada bahan itu ditunjukan pula, terutama :
-          Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-bijinya harus dibuang dulu sebelum ditimbang.
-          Fruktur Anisi, Fructus juniferi dan fructus Myrtilli harus dimemarkan  terlebih dahulu. kecuali Fructus Hordei decorticati dan semen lini.
Jika suatu decoc atau infus harus dibuat dari bahan bakal yang tidak tercantum dalam daftar derajat halus, hendaknya diambil bahan bakal dengan derajat halus yang sama seperti yang dipakai untuk pembuatan sediaan-sediaan galenika, atau diambil derajat halus dari bahan bakal lain yang konsistensinya sama dengan bahan bakal yang dipakainya itu.
2. Banyaknya bahan bakal
Banyaknya bahan bakal adalah 10 bagian untuk 100 bagian serkaian; dimana hal ini hanya berlaku bahan-bahan bakal yang tercantum dalam Farmakope, dan bahan-bahan itu bukan bahan-bahan yang berkhasiat keras. Sebagian kekecualian dari peraturan ini,  ada bahan-bahan bakal yang tercantum dalam sebuah daftar yang terpisah dari Farmakope. Kekecualian itu adalah :
Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian
Nama BahanJumlahNama BahanJumlah
Radix Ipecacuanhae0,5Fores Arnicae4
Folia Digitalis0,5Folia Sennae4
Herba Adonidis Vernalis0,5Radix Senegae4
Folia Orthosiphonis0,5Species Antiaphtosae5
Carrageen1,5Cortex Chinae6
Secale Qornutum3Lichen Islandicus6
Semen Lini3
Untuk banyaknya bahan bakal, Codex memberikan peraturan yang sama seperti Farmakope, kepada daftar kekecualian hanya ditambahkan Fructus Hordal decorticati, dimana harus diambil 8 bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian.
Jika suatu decoc atau infus diambil dari suatu bahan bakal yang berkhasiat keras, tidak dinyatakan banyaknya bahan yang harus diambil, maka boleh dianggap bahwa resep itu tidak sempurna dan harus meminta keterangan lebih lanjut kepada dokter yang menulisnya.
Untuk memeriksa takaran maksimum, harus dipastikan bahwa zat-zat berkhasiat telah larut semuanya dalam sari-sari itu.
3. Banyaknya Air
Penambahan dilakukan sebanyak 2 kali bobot bahan bakalnya, tetapi untuk beberapa bahan bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka :
  1. Flores Chammomillae Vulgaris, Flores Tiliae, dan Semen Lini dipakai empat kali bobot bahan bakal
  2. Carrageen sebanyak 15 kali bobot bakal bahan
  3. Pulpa Tamarindorum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan bobotnya. Karena bahan bakal ini tidak dikeringkan terlebih dahulu
4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan decoc atau infus, dihitung saat isi panci mencapai suhu 90 0C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang dingin, maka kita anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas airnya mulai mendidih. Jika panci perebus diletakkan diatas penangas air yang menidih maka untuk menaikan suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga dengan pengadukan.
5. Menyerkai
Decocta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum condurango, karena zat yang berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu Condurangin. Dalam air panas jauh leih kecil kelarutannya dari pada dalam air dingin. Mengenai infusa, bahan bakal yang mengandung minyak-minyak atsiri harus diserkai setelah dingin, tapi perlu diingat bahwa Folia Sennae mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang melarut dalam air panas tetapi tidak larut air dingin. Sehingga infusum Sennae harus selalu diserkai dingin.
Untuk pembuatan Infusum Sennae compositum penyerkaian harus dingin dan kemudian dengan pemanasan dalam botol tertutup, garam saignette dilarutkan. Infusa lainnya boleh diserkai panas-panas atau diserkai dingin.
6. Decocto-Infusa
Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat suatu serkaian, sedangkan bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat decoc dan yang lain harus infuse, maka bahan bakal itu dibuat suatu decoctum-infissum. Mula-mula bahan bakal yang dibuat decoc dimasukan dahulu dalam panic-infus, 15 menit kemudian dimasukan bahan bakal yang harus dibuat infus. Panci dihangatkan pada suhu 90 oC selama 15 menit. Maka decoctum-infusum harus diserkai panas / dingin tergantung jenis bahan bakalnya. Jika ada yang harus diserkai panas dan dingin maka pertama kali kita harus selidiki apakah decoctum-infusum dapat dipisahkan pembuatannya, sehingga dari bahan bakal yang pertama kita membuat suatu decoc yang diserkai panas dan dari bahan yang lain kita membuat infuse yang diserkai dingin. Dengan syarat air yang tersedia cukup untuk pembuatan masing-masing serkaiannya. Bila air cukup maka kita dapat mengerjakannya dengan dua cara:
  • Decoctum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai, hal      ini ditentukan oleh codex.
  • Decoctum-Infusum dipisah dalam decoc yang diserkai pana dan infuse yang diserkai dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang tersedia, yang banyaknya sebanding.
Untuk decoctum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6 : 100. Karena mengandung zat-zat yang disebut : kinotanat-kinotanat, yang kelarutannya hanya terbatas. Jika decoctum serupa itu dibuat lebih kuat maka tak akan banyak zat yang melarut.
Pemisahan suatu serkaian sudah tentu perlu,bila bagian-bagian dari bahan-bahannya bereaksi satu dengan yang lainnya atau memberikan suatu endapan (zat samak dan alkoloida-alkoloida) jika air yang tersedia cukup banyak untuk masing-masing bagian untuk memperoleh serkaian yang biasa, maka harus menggunakan cara kedua.
7. Bilamana kita membuat suatu Decoc atau Infus dari bahan bakal?
Kita membuat decoc atau infus ditentukan oleh sifat dari bahan bakal. Yaitu:
  • Decoc:
  1. pada bahan-bahan bakal yang keras
  2. pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri
  3. pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap penghangatan.
  • Infusa:
  1. pada bahab-bahan bakal yang lunak
  2. pada bahan-bahan bakal minyak atsiri
  3. pada bahan-bahan bakal dimana zat yang terkandungtidak atau kurang tahan terhadap penghangatan. Misalnya Radix Ipecacuanhae, Rizoma Hydrastis dan bahan-bahan bakal yang banyak mengandung pati seperti Radix Liquiritae, Radix Rhei, dan sebagainya.
ALAT - ALAT UNTUK MEMBUAT INFUSA

    DAN LAIN SEBAGAINYA



INFUSA


nama aslinya adalah INFUSUM (bahasa Latin) : adalah sediaan cair 
yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut 
air pada suhu 90° C selama 15 menit (Farmakope Indonesia, 1995). 
Di dunia Farmasi, apa yang disebut “bahan” nabati lebih popular 
dengan istilah “Simplisia” nabati. 
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif 
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang 
cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air 
(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang 
tidak mau campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar). 
Untuk melakukan proses infusa, maka kita harus mempersiapkan 1 unit panci yang terdiri dari 2 buah panci 
yang saling bisa ditumpuk. Bagi para pengobat tradisional mungkin sudah mengenal jenis panci yang demikian 
ini, namanya “paci-tim” (lihat gambar). 
Panci yang di atas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi (tentu bersama pelarutnya, yaitu air, 
masing-masing dengan takaran tertentu), sementara panci sebelah bawah diisi air, maksudnya digunakan 
sebagai pemanas panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan dengan api. 
Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100o
 C), maka panas yang diterima oleh panci atas 
hanya bersuhu sekitar 90o
 C saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh 
pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100o
 C atau lebih). 
Dalam bahasa farmasi, sistem pemanas demikian ini disebut : 
- Penangas air (Indonesia) 
- Water bad (Belanda) 
- Water bath (Inggris) 
Jadi prosedur pembuatan infusa dalam garis besarnya adalah sebagai berikut: 
• Simplisia yang berupa tanaman dengan derajat halus tertentu ditimbang (misalnya 10 g), kemudian 
dimasukkan ke dalam panci atas diberi air “secukupnya”. Maksud dari “secukupnya” adalah 
diperhitungkan terhadap kadar ekstrak yang hendak kita inginkan, jadi misalnya kita ingin membuat 
ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka serbuk tanaman yang dibutuhkan adalah 10 g bersama air 100 g 
(100 cc), sementara kalo kita menggunakan air sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap 10 g, maka kadar 
ekstrak yang akan kita peroleh menjadi 5% saja. Begitu seterusnya.
• Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya segera ke dalam panci 
bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci bawah dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan 
sampai mendidih (artinya suhu mencapai 100o
 C). Diharapkan maka suhu air di panci atas akan 
mencapai 90o
 C.
• Pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai air di panci bawah mendidih (suhu panci atas 
mencapai 90°C), sambil sekali-sekali diaduk.
• Waktu 15 menit itu adalah aturan umum yang diberikan oleh buku-buku farmasi resmi seperti 
Farmakope. 
• Setelah cukup 15 menit, maka panci atas diturunkan dan disaring selagi masih panas melalui kain flanel, 
• Apabila ternyata volume akhir yang didapat kurang dari 100 cc (air semula 100 cc) maka perlu 
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki 
yaitu 100 cc. 
• Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan tadi dipindah ke gelas 
ukur, kemudian kekurangan air yang diperlukan, ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas 
skala 100 cc (jadi tidak boleh mengukur air sesuai dengan kurangnya air, namun yang diukur adalah 
bagian air yang akan ditambahi).

Kamis, 04 September 2014

farmakognosi part 2

Simplisia
Sebelum kita mengetahui apa itu Acorus Calamus ada baiknya kita mengetahui, Apakah simplisia itu? Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia di bagi menjadi 3, yakni simplisia Nabati, Hewani, dan Mineral. Ada pun macam-macam simplisia, antara lain
 Rimpang (rhizome) :
Rimpang merupakan batanf dan daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang, dan tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan menjadi tumbuhan baru. Kunyit dan Jahe merupakan salah satu contoh jenis rimpang yang biasa dijadikan simplisia.
Akar (radix) :
            Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat dalam tanah. Tugas akar selain memperkuat tegaknya tumbuhan, menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kadang-kadang juga sebagai tempat menimbun makanan. Menurut bentuknya, dibedakan 2 macam akar yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang hanya terdapat pada tumbuhan yang ditanam dari biji. Akar untuk simplisia bisa dari tanaman rumput, perdu, atau tanaman berkayu keras. simplisia akar dikumpulkan ketika proses pertumbuhannya terhenti. Contoh akar yang kerap dijadikan simplisia adalah Ginseng.
Kayu (Lugnum) :
            Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit. Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehinggak permukaan menjadi lebar. Kadangkala berupa serutan kayu.
1.1     Kulit Kayu (Cortex)
            Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman.
1.2      Biji (Semen)
      Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang masak
1.3      Buah (fructus)
      Buah untuk simplisia biasanya dikumpulkan setelah masak
1.4      Bunga (flos)
Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk.
1.5      Daun (folium)
      Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam pembuatan herbal. simplisia tersebut bisa derupa daun segar atau kering dan dapat berupa pucuk daun seperti teh atau daun tua seperti daun salam.
1.6     Herba (herba)
            Herba merupakan seluruh bagian dari tanaman obat mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah yang berasal dari tanaman jenis terna yangbersifat herbaceus. Contohnya , Pegagan.

Acorus Calamus
Definisi:
Apa itu Acorus Calamus? Acorus calamus atau dringo adalah tumbuhan tahunan yang digunakan sebagai obat tradisional dan sebagai campuran berbagai minuman keras, dan juga untuk bahan insektisida.
Nama ilmiahnya Acorus calamus L. Merupakan salah satu jenis Araceae. Di Indonesia Dringo dikenal dalam bermacam-macam nama daerah, misalnya deringo, dlingo, jariangau dan lain-lain. Berasal dari sekitar laut hitam, laut Kaspia dan India.
Dringo merupakan tanaman tahunan, tingginya mencapai 0,5 m. Daunnya bertulang sejajar, panjangnya antara 1 – 1,5 cm, dengan tulang daun di bagian tengahnya yang kuat, ujung daun lancip, menyebarkan bau yang sangat harum.
Bunganya tersusun dalam tongkol yang panjangnya antara 3 – 4,5 cm, tangkai bunga itu sendiri panjangnya 20 – 25 cm. Bunganya kecil-kecil, warnanya kuning kehijaunan, baunya sangat harum. Buahnya merupakan buah buni, bentuknya seperti gasing yang berlendir. Apabila telah masak bunga itu jatuh ke atas tanah. Akarnya kuat, mempunyai rimpang yang berwarna merah jambu dengan bagian dalamnya berwarna putih.
  Cara Menanam:
Dringo tumbuh subur pada ketinggian antara 275 – 2050 meter di atas permukaan laut. Lebih menyukai tempat-tempat yang becek dan berair seperti, di tepi-tepi parit, tepi kolam, di rawa dan di pinggir sungai.
Ditanam dengan menggunakan pecahan rumpunnya atau dengan potongan rimpangnya. Dapat juga Dringo ditanam dengan menggunakan bijinya, tetapi biji itu sendiri jarang dihasilkan.
  Identifikasi:
Nama Simplisia                   :  Calami Rhizoma
Nama lain                            : Dringo, Jaringau,Calamus, Sweetflag
Nama tanaman asal           : Acorus calamus
Keluarga                             : Araceae
Zat berkhasiat utama/ isi   : Minyak atsiri mengandung egenol, asaron, asaril aldehida. Zat pahit akorin, zat penyamak, pati, akoretin, tannin. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2,5% v/b.
Penggunaan                        : Bahan pewangi, karminativa, insektisida, demam nifas.
Pemerian                             : Bau khas aromatik, rasa pahit, agak pedas.
Bagian yang digunakan     : Akar tinggal
Waktu panen                      :
Dikumpulkan waktu daun mulai kering, dibersihkan dari semua bagian tanaman lain, tetapi tidak dikupas, biasanya diperoleh dari tanaman berumur 1 tahun. Bila panenan dilakukan kurang dari 1 tahun hasilnya berkurang, dan lebih dari 1 tahun hasilnya masih dapat ditingkatkan.
Penyimpanan                      : Dalam wadah tertutup.
2.3 Membuat Simplisia
          Proses pembuatan simplisia terdiri atas:
1. Pengumpulan Bahan Baku
Tahapan ini sangat menentukan kualitas bahan baku, dimana faktor yang paling berperan adalah masa panen.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar, dilakukan terhadap : tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, serta bagian tanaman yang rusak( dimakan ulat).
3. Pencucian
Bertujuan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada tanaman, terutama yang berasal dari dalam tanah (akar, umbi, rimpang, dsb), dan yang tercemar oleh pestisida.
4. Pengubahan Bentuk
Bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan bahan baku sehingga proses pengeringan akan berlangsung cepat. Contoh perlakuan untuk pengubahan bentuk: Perajangan pada rimpang, daun dan herba
5. Pengeringan
Mengurangi kandungan air sampai kadar kurang lebih 10 %, proses pengeringan simplisia bertujuan untuk :
a)     Mengurangi kadar air, sehingga simplisia tidak mudah dikonaminasi oleh fungi/jamur dan bakteri
b)     Menghentikan aktivitas/kerja enzim
c)      Mengurangi/mencegah perubahan kimia kandungan yang berkhasiat
6. Sortasi Kering
Merupakan pemilihan bahan setelah proses pengeringan, dimana bahan-bahan yang rusak( terlalu gosong, terlindas kendaraan) dan kotoran hewan yang mungkin terdapat didalamnya harus disortasi/dibuang.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan dilakukan dalam wadah tersendiri tiap-tiap simplisia dengan identitas (label) dan disimpan dengan baik. Persyaratan wadah yang digunakan : inert, tidak beracun, mampu melindungi simplisia dari cemaran, penguapan kandungan aktif, pengaruh cahaya, oksigen dan uap air. Wadah simplisia umumnya dipakai : karung goni, plastik, peti kayu, karton, kaleng tahan air, dan alumunium. Bahan cair menggunakan botol kaca, atau guci porselen. Bahan beraroma menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah.
pengertian lain :
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia di bagi menjadi 3, yakni simplisia Nabati, Hewani, dan Mineral.
Acorus calamus atau dringo adalah tumbuhan tahunan yang digunakan sebagai obat tradisional dan sebagai campuran berbagai minuman keras, dan juga untuk bahan insektisida.
Dringo merupakan tanaman tahunan, tingginya mencapai 0,5 m. Daunnya bertulang sejajar, panjangnya antara 1 – 1,5 cm, dengan tulang daun di bagian tengahnya yang kuat, ujung daun lancip, menyebarkan bau yang sangat harum.
Bunganya tersusun dalam tongkol yang panjangnya antara 3 – 4,5 cm, tangkai bunga itu sendiri panjangnya 20 – 25 cm. Bunganya kecil-kecil, warnanya kuning kehijaunan, baunya sangat harum. Buahnya merupakan buah buni, bentuknya seperti gasing yang berlendir. Apabila telah masak bunga itu jatuh ke atas tanah. Akarnya kuat, mempunyai rimpang yang berwarna merah jambu dengan bagian dalamnya berwarna putih.
Dringo tumbuh subur pada ketinggian antara 275 – 2050 meter di atas permukaan laut. Lebih menyukai tempat-tempat yang becek dan berair seperti, di tepi-tepi parit, tepi kolam, di rawa dan di pinggir sungai.
Ditanam dengan menggunakan pecahan rumpunnya atau dengan potongan rimpangnya. Dapat juga Dringo ditanam dengan menggunakan bijinya, tetapi biji itu sendiri jarang dihasilkan.
Proses pembuatan simplisia Calami Rhizoma terdiri atas pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan.